Literature review
20 jurnal yang berkaitan dengan topik pembahasan kajian
Literature Review merupakan sebuah proses Evaluasi kritis terhadap berbagai sumber informasi yang relevan pada suatu topik penelitian. Isi yang ada di dalam literature review ini berupa penjelasan atau pembahasan tentang teori dari suatu temuan atau topik penelitian. Dari penjelasan teori-teori tersebut lah kita dapat menjadikannya sebagai landasan teori dalam membuat karya ilmiah atau dalam melakukan kegiatan penelitian.
Oleh karena itu, dalam penugasan literature review ini, saya telah mencari beberapa jurnal untuk dijadikan sebagai referensi dan sekiranya relevan dengan teori semiotika roland barthes dan objek penelitian baru yang ingin di kaji yaitu tentang :
“Analisis semiotika Roland Barthes dalam anime Eighty Six”
Link : https://mdafakusnadi046.blogspot.com/2024/06/analisis-semiotika-roland-barthes-dalam.html
Pada pembahasan baru yang
dijadikan sebagai objek penelitian ini, saya ingin mencari tanda tanda yang terdapat
didalam cerita anime Eighty six dan hubungannya dengan representasi Heroisme
dan juga Rasisme melalui teori semiotika Roland Barthes.
Judul Jurnal : MAKNA ADEGAN KEKERASAN PADA ANIME VINLAND SAGA
SEASON 1 (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)
Penulis : Arief Wicaksono, Drs. Buddy Riyanto, M.Si, Andri
Astuti Itasari, S.Sos,.M.I.Kom
Tujuan penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang
terdapat didalam jurnal, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan
menganalisis makna adegan kekerasan yang terjadi pada ada di Anime Vinland Saga
Season 1 menggunakan teori Semiotika Roland Barthes.
Metode penelitian
Jenis penelitian yang terdapat
didalam metode penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. artinya makna dari data yang dikumpulkan ditentukan
dengan mengamati dan mendokumentasikan sebanyak mungkin aspek dari situasi yang
diteliti pada saat itu untuk mendapatkan gambaran besarnya. Metode penelitian ini dibuat dengan
menggunakan film animasi anime Vinland Saga di produksi oleh Wit Studio di
sutradarai oleh Makoto Yukimura sebagai objek penelitian nya.
Dalam penelitian ini, sumber data berasal dari data
primer dan juga data sekunder. Data sekunder dari penelitian ini berasal dari
sumber-sumber lain yaitu buku serta reverensi lain yang berkaitan dengan anime
Vinland Saga seperti sumber internet MyAnimeList, Mariviu, dan Youtube. Dan dalam
penelitian ini, metode pengumpulan data ialah berupa dokumentasi. Dokumen dapat
berupa berbagai jenis, seperti tulisan manusia, foto, atau karya monumental. Pada
penelitian ini data yang dikumpulkan kemudian di organisasikan ke dalam satu
urutan pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tanda-tanda apa saja yang ada pada gambar-gambar hasil seleksi. Dalam penerapan
panca jiwa, tanda-tanda teks dapat dibedakan menjadi tiga jenis, berdasarkan
teori makna semiotika Roland Barthes, yaitu penanda, petanda dan tanda.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dan pembahasan
dalam penelitian ini terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
1. Deskripsi objek
penelitian yang berisikan Sinopsis cerita.
2. Pembahasan dan Analisis
yang berisikan Pokok pokok pembahasan dan juga hasil analisis.
Berdasarkan
hasil analisis yang telah dilakukan mencari makna sebenarnya dari adegan
kekerasan pada anime Vinland Saga. Adegan kekerasan pada anime Vinland Saga
telah dimaknai menggunakan semiotika model Roland Barthes untuk diketahui makna
Denotasi, Konotasi serta Mitos yang terkandung pada scene-scene anime Vinland
Saga season 1, dari hasil yang telah dianalisis seperti :
-
Pada episode satu, Thors membeli budak dari
Halfdan yang ditemukan ditumpukan salju didekat rumahnya. Pada adegan tersebut menggambarkan sosok Thors
yang baik hati dan dermawan untuk membantu sesama dengan membelinya agar budak
itu tidak disiksa oleh pemiliknya.
-
Pada episode empat, Thors melindungi Thorfinn
dari ancaman grombolan pembunuh bayaran. Pada adegan tersebut menggambarkan
tugas Thors selaku ayah untuk melindungi buah hatinya yaitu Thorfinn dari
grombolan pembunuh bayaran.
-
Pada episode delapan, dalam pertarungan
Thorfin melawan Thorkell dengan ukuran fisik yang terpaut jauh. Pada adegan
tersebut menggambarkan Thorfinn melawan musuh yang jauh lebih besar dalam
pertempuran, ia menunjukkan bahwa kekuatan sejati tidak hanya berasal dari
fisik semata, tetapi juga dari tekad dan ketahanan mental.
Anime pasti
digambarkan dalam bentuk animasi. Anime sendiri memang tak beda jauh dengan
yang namanya tontonan kartun. Dan karenanya, banyak sekali orang yang
beranggapan bahwa anime adalah tontonan anak-anak (Kapanlagi.com, 2017).
Seperti halnya anime Vinland Saga cocok untuk ditonton usia dua puluh tahun
keatas yang bercerita tentang yang menceritakan sejarah kehidupan bangsa
Viking. Memiliki latar waktu di abad pertengahan yang penuh dengan historical
(Video.com, 2023). Maka dari itu anime Jepang tidak bisa dicap sebagai tontonan
anak-anak secara general. Atau dengan kata lain, mereka yang suka nonton Anime
Jepang tidak selalu bersifat kekanak-kanakan (Kapanlagi.com, 2017).
Judul Jurnal : REPRESENTASI
BUDAYA JEPANG DALAM ANIME KAMISAMA HAJIMEMASHITA - ANALISIS SEMIOTIKA
Penulis : Putri Widya Ningrum dan Sri Oemiati
Tujuan Penelitian
Tujuan dari jurnal
penelitian ini adalah untuk menganalisis representasi kebudayaan Jepang dalam
penelitian ini dengan teori Semiotika Roland Barthers.
Metode Penelitian
didalam jurnal ini
terdapat sebuah materi dan metode yang menggunakan teori Representasi dan teori
Semiotika roland barthes. Dan penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun objek penelitian atau
sasaran yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah scene-scene yang ada pada
anime Kamisama Hajimemashita yang merepresentasikan budaya Jepang, baik pada
karakter, kostum pada karakter, tingkah laku, suara, dan pesan-pesan verbal
maupun non verbal yang terdapat dalam scene tersebut kemudian akan diteliti
dengan menggunakan teori Semiotika Roland Barthers. Metode pengumpulan data,
penulis menggunakan teknik melihat dan simak. Teknik catat juga digunakan,
karena setelah penulis melihat dan menyimak kemudian mencatat hasilnya.
Hasil dan Pembahasan
Analisis Denotasi dan Konotasi antara unsur-unsur
dalam anime Kamisama Hajimemashita adalah seperti hubungan antara latar dan properti
yang terdapat didalam scene 2 eps 1 sebagai salah satu contoh nya. Lalu Hubungan
antar pemeran baik pemeran utama, pemeran pembantu, maupun pemeran figuran yang
terdapat didalam scene 2 eps 3 sebagai salah satu contohnya. Dan Hubungan antar
dialog dan tulisan yang terdapat pada scene 4 eps 6 sebagai salah satu
contohnya.
Denotasi :
-
Scene 2 episode 1
: Disebuah gerbang (tori) kuil Shinto pada malam hari.
-
Scene 2 episode 3
: memperlihatkan seorang anak buah dewi tetap menemani dan selalu siap jika
sang dewi membutuhkannya.
-
Scene 4 episode 6
: Pada scene ini menunjukkan petunjuk ruang kelas dengan kanji 音楽室 yang artinya ruang
musik.
Konotasi :
-
Scene 2 episode 1
: Berdasarkan denotasi pada scene 2 episode 1 tersebut kita bisa melihat
gerbang atau tori dari sebuah kuil Shinto. Kompleks kuil dianggap sebagai
kawasan suci sehingga di pintu masuk kuil dibangun ‘tori’ sebagai garis
perbatasan selang kompleks kuil yang sakral dan lingkungan kehidupan.
-
Scene 2 episode 3
: Konotasi nya yaitu melambangkan kesetiaan, artinya terdapat seorang pembantu
yang setia kepada dewi nya. Selalu siap saat dewi membutuhkan pertolongan
maupun kesusahan.
-
Scene 4 episode 6
: Kanji merupakan salah satu jenis aksara jepang yang biasanya dipakai untuk
melambangkan konsep atau ide (kata benda, kata kerja, kata sifat, dan kata
keterangan) terhadap kehidupan masyarakat Jepang. Aksara ini diadaptasi oleh
masyarakat Jepang pada zaman dahulu dari Tiongkok, untuk menyebut huruf
tersebut adalah ‘Hanzi’.
Jurnal 3
Judul Jurnal : ANALISIS SEMIOTIKA REPRESENTASI BUDAYA JEPANG DALAM
FILM ANIME BARAKAMON
Penulis :
Aidil Audria, Dr. Hamdani M. Syam, MA
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui representasi makna budaya Jepang yang terdapat
pada film anime Barakamon. Film anime ini menggambarkan tentang kebiasaan
masyarakat Jepang terutama pada musim panas. Barakamon (2014) merupakan anime
yang bergenre comedy dan slice of life (kehidupan sehari hari).
Metode Penelitian
Pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.
Unit analisis data dalam penelitian ini adalah scene scene dalam film anime
Barakamon yang mempresentasikan budaya Jepang, baik penampilan karakter, suara,
kostum pada karakter, serta pesan-pesan verbal dan non verbal dalam scene-scene
tersebut yang nantinya akan diteliti menggunakan teori semiotika Roland
Barthers. Teknik analisis data dengan melakukan pengamatan terhadap objek
penelitian dan tahap analisis.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
penelitian menunjukkan 9 scene dalam 12 episode yang mengandung budaya Jepang
yaitu pada scene 15 (cara meminta maaf di Jepang), scene 19 episdoe 3 (melempar
kue mochi sebagai rasa syukur), scene 9 episode 4 (representasi kanji), scene 2
episode 6 (tatakrama saat makan di Jepang), scene 5 episode 6 (cara memanggil
nama orang di Jepang), scene 2 episode 7 (Dewa Ebisu sebagai simbol
keberuntungan), scene 6 episode 8 (perayaan festival obon), scene 9 episode 9
(kebiasaan berendam bagi masyarakat Jepang), scene 9 episode 10 (perayaan
matsuri di Jepang).
Hasil
temuan scene-scene dalam film ini, merupakan bentuk budaya Jepang yang
divisualisasikan beberapa menyangkut kebiasaan dan nilai agama. Secara tidak
langsung, gambaran yang ingin disampaikan berkenaan dengan gambaran kehidupan
masyarakat Jepang. Melalui mitos budaya yang ditampilkan dalam film, sebagai
symbol budaya yang kuat.
Representasi
budaya Jepang yang digambarkan melalui film anime Barakamon berupa tanda yang
bersifat verbal dan non verbal, yang dijadikanpeneliti sebagai tanda dalam
memaknai sebuah tanda. Melalui film ini, diharapkan bukan hanya sekedar untuk
menghibur khalayak yang menontonnya, terutama karena termasuk jenis film
animasi. Akan tetapi juga mampu memberikan informasi yang akurat tentang
kebudayaan Jepang, sehingga bisa dijadikan sebuah pembelajaran lebih bagi
khalayak yang menonton dan ingin mempelajari budaya Jepang.
-
Makna denotasi
Makna denotasi pada film anime Barakamon terdapat pada
symbol atau yang dipresentasikan secara verbal dan non verbal dari setiap
scene pada jalan cerita tokoh utama mengenai
budaya-budaya Jepang yang terdapat di film anime tersebut.
-
Makna Konotasi
Makna konotasi terdapat pada perilaku tokoh dan
komunikasi verbal maupun non verbal antar tokoh mengenai budaya yang biasanya
dilakukan oleh masyarakat Jepang terutama pada budaya di musim panas.
-
Makna Mitos
Mitos dalam film anime ini dapat dilihat dari
kebudayaan Jepang yang dipengaruhi oleh agama Shinto. Agama Shinto merupakan
ajaran yang menyembah para dewa-dewa dana segala kekuatan yang ada di alam
semesta.
Judul Jurnal : Analisis Semiotika Pesan Moral
dalam Anime Demon Slayer: Mugen Train
Penulis : Biyan Nugraha
Wahyutristama dan Septia Winduwati
Tujuan Penelitian
Dari
pendahuluan yang dijelaskan, penulis memiliki keinginan untuk meneliti secara
lebih dalam mengenai pesan moral yang terkandung didalam film anime Demon
Slayer: Mugen Train yang dijadikan sebagai rumusan masalah dalam penelitian.
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mencari tahu pesan dan nilai moral apa
saja yang terkandung dalam film anime Demon Slayer: Mugen Train tersebut.
Metode Penelitian
Pendekatan
yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan dengan metode kualitatif.
Pendekatan
kualitatif digunakan pada penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh
informasi mengenai pesan dan nilai moral dalam film animasi karya Koyoharu
Gotouge yang berjudul Kimetsu No Yaiba: Mugen Ressha-Hen atau yang biasa
disebut Demon Slayer: Mugen Train dan diharapkan dapat mengungkapkan masalah
dalam penelitian ini.
Metode
penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotika
Ronald Barthes. Peneliti memilih analisis semiotik Ronald Barthes sebagai
metode penelitian untuk menemukan makna denotatif yang menggambarkan makna
sesungguhnya dan makna konotatif yang mencerminkan pesan atau makna yang
tersembunyi yang disebut juga sebagai mitos. Untuk mendapatkan data yang
dibutuhkan dalam penelitian, penulis menerapkan teknik pengumpulan data
kualitatif yaitu menggunakan hasil wawancara dan dokumentasi sebagai bentuk
instrumen penelitian.
Teknik
analisis dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah analisis data yang
disampaikan oleh Miles & Huberman (1984). Dan Untuk melakukan keabsahan
data pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk
mendapatkan keabsahan data.
Hasil dan Pembahasan
Dalam
film animasi Demon Slayer: Mugen Train yang berdurasi 1 jam 57 menit tersebut,
terkandung berbagai pesan di dalamnya, seperti pesan negatif, pesan positif,
pesan motivasi, hingga pesan moral. Dalam pembahasan dan diskusi penulis
menganalisis data dengan cara melakukan breakdown scene setiap 15 menit
penayangan dari film anime Demon Slayer: Mugen Train. Dalam hasil breakdown
scene yang dilakukan oleh penulis dalam penelitian ini, setidaknya terdapat 13
pesan dan nilai moral yang didapat dari analisis scene dalam film anime Demon
Slayer: Mugen Train.
Dalam
melakukan analisis semiotik Ronald Barthes, penulis menganalisis hasil
breakdown scene yang telah dilakukan sebelumnya. Penulis menyimpulkan makna
denotatif atau makna sesungguhnya serta makna konotasi dalam adegan yang telah
di breakdown. Dari analisis tersebut didapatkan makna denotatif film tersebut
adalah perjuangan Tanjirou dan kawan-kawan dalam membasmi iblis didalam kereta
Mugen. Sedangkan makna konotasi dalam film tersebut adalah sikap pemberani,
sikap tolong menolong, dan sikap pantang menyerah Tanjirou dan kawan-kawan
serta Rengoku dalam memburu iblis jahat.
Judul Jurnal : MAKNA PESAN
MORAL DALAM SERIAL KARTUN NARUTO SHIPPUDEN (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)
Penulis : Hani Astuti,
Sumartono, dan Faisal Hadi Kurnia
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mencari makna denotasi dari pesan moral Naruto Shippuden
dan kemudian direpresentasikan.
Metode Penelitian
Penelitian
ini dilakukan untuk menganalisis makna pesan moral yang muncul dalam Serial
Naruto Shippuden dengan menggunakan metode Semiotika Roland Barthes dengan
sistem penandaan pada tanda yaitu penanda, petanda, denotasi, konotasi, dan
mitos. Dari penjelasan yang ada di dalam pendahuluan jurnal ini terbukti bahwa
adanya tanda-tanda pesan moral yang tersirat pada Serial Kartun Naruto
Shippuden sehingga Penulis menetapkan fokus penelitian yaitu “Apakah makna dari
pesan moral yang muncul dalam serial kartun Naruto Shippuden?” untuk meneliti
lebih lanjut mengenai pesan moral pada kartun tersebut dengan menjabarkan makna
menggunakan konsep analisis Roland Barthes yaitu Denotasi, Konotasi, dan Mitos.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
dari penelitian Jurnal “MAKNA PESAN MORAL DALAM SERIAL KARTUN NARUTO SHIPPUDEN
(ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)” memiliki banyak sekali penanda, petanda,
tanda, makna denotasi, makna konotasi,
mitos, dan representasi pesan moral yang ada didalam anime Naruto Shippuden. Salah
satu nya yaitu pada analisis 2 yang terdapat
pada episode 133 :
-
Penanda :
Jiraiya terlihat sedang terdiam dan menatap Langit
dalam perenungannya
-
Petanda :
Jiraiya merenung bahwa selama hidupnya ia telah
melakukan banyak kegagalan.
-
Tanda :
Dalam perenunganya, Jiraiya mengatakan bahwa
“kegagalan hanya akan dilihat sebagai hiburan! Itu adalah cobaan, yang mengasah
kemampuanku, aku percaya itu.
-
Makna denotasi
:
Sesaat mengingat sebelum kematiannya, Jiraiya
(Flashback) bahwa Ia pernah mengatakan kepada dirinya sendiri “kegagalan hanya
akan dilihat sebagai hiburan! Itu adalah cobaan, yang mengasah kemampuanku. Aku
percaya itu…”.
-
Makna konotasi
:
Melakukan komunikasi dengan diri sendiri merupakan hal
yang penting untuk merenungkan apa yang sudah dilakukan sebelumnya dengan
tujuan untuk memperbaiki kualitas diri.
-
Mitos :
Kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda. Manusia
dapat belajar dari sebuah kegagalan untuk mewujudkan kesuksesannya.
-
Representasi pesan
moral :
menunjukan pesan moral tersebut berisi motivasi. Hal
tersebut ditunjukan oleh Jiraiya yang sedang terdiam dan merenungkan masa
lalunya yang penuh dengan kegagalan, dan ia mengatakan bahwa kegagalan hanya
akan dilihat sebagai hiburan, itu adalah cobaan yang mengasah kemampuanku.
Judul
Jurnal : REPRESENTASI
KEPERCAYAAN SHINTO PADA FILM ANIME “KIMI NO NA WA”
Penulis :
R. Bismo Brahmantio
Tujuan Penelitian
This
study aims to determine the representation of Japanese culture in the film
"Kimi No Na Wa" and relate it to the existing social reality. The
object of this research is how the representation of signs containing elements
of Japanese culture can be displayed on the film "Kimi No Na Wa", the
subject of this study is the film "Kimi No Na Wa" itself.
Metode Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan adalah paradigma kritis. Perspektif kritis mengajukan
metode dialog dengan transformasi untuk menemukan kebenaran yang hakiki. Peneliti
menggunakan paradigma kritis untuk melihat suatu peristiwa atau dalam pandangan
terhadap realitas sosial yang nyata, peneliti akan mengamati langsung tanda
tanda adegan yang mengandung unsur budaya jepang yang tersebar pada film
animasi “kimi no na wa”, peneliti melakukan pengamatan data, teks dan gambar
dari film animasi tersebut.
Pendekatan
kualitatif dipilih oleh peneliti berdasarkan tujuan penelitian yang ditetapkan peneliti
untuk mengetahui representasi Budaya Jepang dalam film anime “Kimi No Na Wa”
dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Peneliti menggunakan
metodeanalisis semiotika Roland Barthes untuk mengetahui bagaimana Budaya
Jepang di representasikan di dalam film anime “Kimi No Na Wa”. Tanda yang
peneliti analisis yaitu scene dan shoot yang terdapat dalam film ini berupa
gambar, teks, dan adegan yang hanya mengandung unsur Budaya Jepang yang akan
dianalisis dengan menggunakan semiotika Roland Barthes.
Hasil dan Pembahasan
Dari
hasil penelitian yang ada di dalam jurnal ini, terdapat 2 tabel analisis
tataran semiotika roland barthes terkait penanda dan juga petanda. Salah satu
contohnya ada pada table 4.1 dengan penanda
pada gambar didalam tabel yang memperlihatkan pembuatan Kuchikamizake oleh
mitsuha dan dijelaskan oleh Tessie. Lalu terdapat petanda yang mana Kuchikamizake
adalah salah satu sake yang ada di jepang. Mitsuha membuat sakenya dengan cara
mengunyah nasi lalu memuntahkannya ke sebuah kotak yang nantinya akan disimpan
dan dibiarkan terfermentasi secara alami sehingga nasi tersebut menjadi sake,
yang dijelaskan oleh Tessie.
Judul Jurnal : ANALISIS FILM ANIMASI THE WIND
RISES (semiotika roland barthes)
Penulis :
Utari Las Monika, Dr. Juliana Kurniawati, M.Si
Tujuan Penelitian
Film
animasi "The Wind Rises" (judul asli: Kaze Tachinu) karya Studio
Ghibli dan disutradarai oleh Hayao Miyazaki, telah menjadi sorotan
internasional sejak dirilis pada tahun 2013. Film ini mengisahkan perjalanan
hidup Jiro Horikoshi, seorang insinyur pesawat terkenal di Jepang era Perang
Dunia II. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi bagaimana
teori Roland Barthes dapat diterapkan pada film animasi "The Wind
Rises". Analisis ini akan memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana
narasi, gambar, dan simbol dalam film ini menyampaikan makna dan menggugah
perasaan penonton. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan
sumbangan pada bidang studi tentang media visual, analisis film, dan penerapan
teori semiotika dalam karya seni.
Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif seperti analisis isi atau
analisis isi. Yang dimaksud dengan “analisis isi” adalah jenis analisis yang
menitikberatkan pada makna keseluruhan dari suatu informasi yang telah
dipublikasikan atau disiarkan di media umum. Harold D Lasswell adalah penulis
analisis ini, dan dia menggunakan teknik pengkodean simbol untuk mengkodekan
simbol seperti lambda atau pesan secara sistematis sebelum memberikan
interpretasi.
Alat analisis utama dalam penelitian ini adalah penulis sendiri, yang menggunakan teori semiotika Roland Barthes untuk menganalisis film "Animasi The Wind Reses" dengan fokus pada gagasan tentang gagasan signifikasi dua tahap (two order of signification). Hubungan antara penanda (penanda) dan petanda (petanda) dalam pernyataan tertentu tentang realitas eksternal inilah yang membuat paragraf pertama memiliki signifikansi. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu yang paling tampak dari permukaan. Konotasi adalah metode yang digunakan Barthes untuk menentukan signifikansi tahap kedua. Untuk pemaknaan kedua dari frase yang berhubungan dengan isi, kata "tanda" digunakan bersamaan dengan "mitos". Mitos adalah proses yang dilalui oleh suatu komunitas keagamaan untuk mengklarifikasi atau memahami beberapa hal tentang realitas atau spiritualitas.
Hasil dan pembahasan
"The
Wind Rises" menjadi refleksi tentang kekuatan imajinasi dan semangat
manusia, serta pengorbanan dan dilema yang muncul ketika menghadapi ambisi dan
realitas kompleks dunia. Film ini telah mendapatkan pujian kritis dan meraih
banyak penghargaan internasional, menjadikannya sebagai salah satu karya
terkenal dari Hayao Miyazaki dan Studio Ghibli. Terdapat banyak sekali fakta, pesan moral dan makna yang terkandung dalam film
The Wind Rises antara lain:
1.
Sebagai
Inpirasi Kehidupan
Inspirasi kehidupan dalam film "The Wind
Rises" (Kaze Tachinu) berasal dari kisah nyata Jiro Horikoshi, seorang
insinyur pesawat asal Jepang yang hidup pada era awal abad ke-20 dan merupakan
tokoh penting dalam industri penerbangan Jepang. Aspek lain dari inspirasi
kehidupan dalam film ini adalah cerita cinta Jiro dengan Naoko Satomi, yang
hadir sebagai elemen emosional yang mendalam. Hubungan mereka menggambarkan
kekuatan cinta dan keberanian dalam menghadapi tantangan dan kesulitan hidup.
2.
Makna
Ambisi
Ambisi Jiro untuk menjadi seorang pembuat pesawat yang
hebat adalah inti dari kisah ini. Dia memiliki keinginan yang kuat untuk
menciptakan pesawat yang indah dan inovatif, dan ambisi ini mendorongnya untuk
terus maju dalam menghadapi rintangan dan kesulitan.
3.
Fakta
Sejarah
Banyak sekali fakta Sejarah yang ada didalam film “The
Wind Rises” salah satunya adalah penggunaan pesawat terbang sebagai alat perang
yang mana Film ini menyoroti dilema moral Jiro Horikoshi ketika mengetahui
bahwa pesawat-pesawat yang dirancangnya digunakan dalam perang dan
mengakibatkan banyak kerugian dan kehancuran.
Dan
masih banyak lagi fakta, pesan moral dan makna yang terkandung dalam film The
Wind Rises yang dikaji didalam jurnal penelitian ini. Penting untuk diingat
bahwa meskipun film ini diilhami oleh kisah nyata Jiro Horikoshi, beberapa
aspeknya juga merupakan kreasi fiksi dan interpretasi seniman untuk menciptakan
narasi yang mendalam dan emosional. Sebagai film animasi, "The Wind Rises"
menyajikan kisah tentang impian, ambisi, dan dilema moral seorang insinyur yang
hidup dalam masa yang penuh tantangan sejarah.
Dan
berikut merupakan denotasi, konotasi, dan mitos yang telah dianalisis pada jurnal
ini menggunakan teori semiotika roland barthes :
1.
Denotasi : Denotasi merujuk pada level literal atau deskriptif
dari sebuah gambar atau narasi. Dalam film "The Wind Rises", denotasi
mencakup elemen-elemen dasar seperti karakter, latar belakang, objek, dan
peristiwa yang terjadi. Misalnya, denotasi dalam film ini adalah Jiro
Horikoshi, Naoko Satomi, pesawat yang dirancangnya, serta latar belakang Jepang
pada era awal abad ke-20 dan Perang Dunia II.
2.
Konotasi : Konotasi merujuk pada makna simbolis atau
interpretatif yang melekat pada gambar atau narasi. Dalam film ini, konotasi
muncul melalui interpretasi. subjektif penonton terhadap karakter, hubungan
antara karakter, dan pesan yang diungkapkan dalam adegan tertentu. Misalnya,
hubungan antara Jiro dan Naoko dapat memiliki konotasi tentang cinta,
keberanian, dan pengorbanan. Selain itu, desain indah pesawat yang disuguhkan
dalam film bisa menjadi simbol ambisi, kreativitas, dan perjuangan Jiro.
3.
Mitos : Barthes menyatakan bahwa mitos adalah bentuk
penyajian naratif atau gambaran simbolis yang mengandung nilai-nilai dan
keyakinan budaya tertentu. Dalam film "The Wind Rises", mitos dapat
muncul melalui cara penyajian atau representasi tertentu, seperti penggambaran
heroisme Jiro dalam merancang pesawat yang indah, meskipun peran pesawat
tersebut dalam perang mengandung dampak negatif.
Jurnal 8
Judul Jurnal : Analisis
Semiotika Dalam Film Animasi The Anthem Of The Heart
Penulis : Novi Yulia, Fifi Hasmawati, dan Muslimin
Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini untuk mengetahui makna denotasi, konotasi dan mitos dalam
film animasi The Anthem Of The Heart. Peneliti menggunakan metode kualitatif
deskriptif dengan cara mencatat, menganalisis, mengambarkan makna-makna apa
saja yang terdapat dalam film animasi dengan menggunakan teori analisis
semiotika Roland Barthes yaitu dengan menganalisis Makna Denotasi, Konotasi Dan
Mitos. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini data primer dan
sekunder.
Metode Penelitian
Berdasarkan
judul penelitian jurnal ini yaitu “Analisis Semiotika Dalam Film Animasi The
Athem Of The Heart”. Maka peneliti memutuskan memilih metode kualitatif karena
penelitian yang akan peneliti ambil mebutuhkan analisis secara mendalam. Dimana
dalam penelitian ini peneliti akan menggambarkan, menganalis, mencatat
makna-makna, simbol-simbol yang ada dalam Film Animasi The Anthem Of The Heart.
Analisis data adalah kegiatan menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan,
mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional sebagai bahan jawaban
terhadap permasalahan penelitian (Fenti Hikmawati, 2020: 193). Analisis data
merupakan proses mencari dan menyusun secara sitematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain (Zuchri Abdussamad, 2021: 159). Maka dari itu dalam
penelitian ini analisis yang digunakan peneliti adalah analisis semiotika
Roland Barthes untuk mengetahui makna konotasi, denotasi, dan mitos pada scen yang
terdapat dalam Film Animasi The Anthem Of The Heart.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian
ini menggunakan Teori Semiotika Roland Barthes yang membahas makna denotasi,
konotasi dalam mitos. Adapun nantinya terdapat beberapa scen yang akan dibahas
dalam film animasi The Anthem Of The Heart yang mengandung makna denotasi,
konotasi, dan mitos. Analisis yang digunakan adalah analisis semiotika Roland
Barthes, metode penelitian yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dimana peneliti akan mengaji dan memahami secara mendalam
terkait masalah yang akan diteliti dimana peneliti akan mencari makna denotasi,
konotasi dan mitos dalam film animasi The Anthem Of The Heart.
Dan
pada hasil dan pembahasan dalam jurnal ini, terdapat banyak sekali detonasi,
konotasi, dan mitos yang ditemukan didalam film The Anthem Of The Heart. Beberapa
contoh dari hasil analisis yang ada didalam penelitian jurnal ini adalah
sebagai berikut :
1.
Makna
Denotasi, konotasi, dan mitos dalam scene 1 menit 00:34-00:58 :
-
Denotasi : Terdapat anak kecil perempuan, dan istana
-
Konotasi : Seorang anak kecil perempuan sedang berdiri di depan
hotel berbentuk istana dengan wajah takjub dan mengatakan “indahnya” dan
mebanyangkan kapan dia bisa memasuki istana tersebut.
-
Mitos : Hotel selalu di artikan sebagai suatu tempat yang
mewah bagi masyarakat ini karena hotel bagaikan istana yang megah dan mewah
yang tidak bisa di masuki oleh semua orang. Ibaratkan istana yang hanya bisa di
masuki oleh para bangsawan, hotel hanya bisa dimasuki oleh orang orang-orang
yang mempunyai uang. Oleh karena itu kebanyakan orang ketika melihat hotel
banyak yang membanyakan kapan mereka bisa tinggal disana dan menikmati
keindahaan dan kemewahan yang ada didalamnya.
2.
Makna
Denotasi, konotasi, dan mitos dalam scene 2 menit 03:13-04:10
-
Denotasi : Terdapat seorang anak perempuan, dua pria, dan sebuah
mobil sedang berada di depan sebuah rumah
-
Konotasi : Pria berbaju hijau tersebut adalah ayah sang anak,
dan pria berbaju biru tersebut adalah sopir truk pengangkut barang pindahan.
Anak tersebut sedang membujuk ayahmya untuk tidak pergi dan akan membantu
ayahnya berbaikan dengan sang ibu tapi sang ayahnya mengatakan bahwa dia tidak
bisa lagi tinggal bersama dan mengatkan bahwa itu adalah salah sang anak
membuat sang anak sangat sedih.
-
Mitos : Perceraian adalah hal yang sudah sering terjadi dalam
pernikahan, Perceraian sering kali berakhir menyakitkan bagi pihak-pihak yang
terkait seperti anak, Kurangnya perhatian orang tua (tunggal) tentu akan
memengaruhi perkembangan jiwa anak (Darmawati, 2017: 1). Tidak sedikit orang
tua yang percaya bahwa anak mereka anak memahami tentang perceraian mereka dan
membuat mereka tidak menjelaskan alasan mereka bercerai membuat anak berpikir
bahwa perceraian itu terjadi akibat mereka.
Kedua
Scene yang telah dijabarkan diatas hanyalah beberapa scene dari hasil analisis
yang terdapat didalam jurnal tersebut dan masih banyak lagi hasil analisis denotasi,
konotasi, dan mitos dalam scene film The Anthem of The Heart yang telah di
analisis didalam jurnal penelitian ini. Dan
dari semua analisis denotasi, konotasi, dan mitos yang telah dijabarkan di
jurnal ini dapat disimpulkan bahwa ada makna denotasi, konotasi dan mitos pada
setiap scene yang dianalisis oleh peneliti dalam film animasi The Anthem Of The
Heart. Peneliti menggunakan teori semiotika Roland Barthes mengenai makna
denotasi, konotasi, dan mitos.
Judul
Jurnal : MAKNA KODE
VISUAL DALAM SCENE FILM ANIMASI “BATTLE OF SURABAYA”
Penulis :
Hasbullah, Gede Pasek Putra Adnyana Yasa
Tujuan Penelitian
permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah tentang apa makna kode visual dalam
scene film animasi “Batle of Surabaya”. Tujuan penelitian ini, untuk
menganalisis kode-kode dan makna dibalik kode visual film animasi “Batle of
Surabaya”. Melalui penelitian ini, diharapkan ada penelitian sejenis yang mampu
mejelaskan lebih mendalam tentang makna kode dalam scene film animasi.
Metode Penelitian
Penelitian
dalam jurnal ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif
interpretatif. Data dikumpulkan melalui observasi atau pengamatan langsung
terhadap objek, dan studi kepustakaan. Teori semiotika (kode) Roland Barthes
dan estetik postmodern digunakan sebagai landasan analisis. Lalu kode proaeretik
digunakan dalam jurnal ini untuk menganalisis makna visual film animasi “Battle
of Surabaya”. Menurut Piliang [8] kode proairetik adalah kode yang mengatur
alur satu cerita atau narasi. Ia disebut juga kode aksi.
Hasil dan Pembahasan
Dari
hasil dan pembahasan yang ada didalam jurnal ini, terdapat makna yang telah
dijabarkan oleh peneliti lengkap dengan gambar scene yang berisikan penjelasan
makna kode visual pada setiap scene yang
dijabarkan didalam jurnal ini. Makna kode visual dalam scene film
animasi “Battle Surabaya” pemerintah Indonesia menujukkan aksi menyatakan
kemerdekaan, sedangkan pemerintah Hindia Belanda menolak kemerdekaannya.
Melalui kode visual tersebut diciptakan nilai sejarah masa lalu yang perlu
dikembangkan. Aksi dalam scene film ini juga sebagai makna tolong menolong dan
menjadi nilai budaya yang perlu dikomunikasikan kepada masyarakat dunia. Selain
itu, beberapa aksi dalam scene film animasi “Battle of Surabaya” dapat
dikategorikan sebagai penggayaan animator untuk menciptakan makna yang dapat
menekankan pengakuan dan rasa (taste) penonton. Melalui aksi-aksi tersebut,
animator berupaya untuk memberikan terhadap perdamaian dunia.
Jurnal 10
Judul Jurnal : REPRESENTASI HERO’S JOURNEY
PADA TOKOH CHIHIRO DALAM ANIME SPIRITED AWAY KARYA MIYAZAKI HAYAO
Penulis : Fajria
Noviana
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
jurnal penelitian “REPRESENTASI HERO’S JOURNEY PADA TOKOH CHIHIRO DALAM ANIME
SPIRITED AWAY KARYA MIYAZAKI HAYAO”, tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengungkapkan proses perjalanan kepahlawanan dari tokoh utama anime Spirited
Away bernama Chihiro berdasarkan teori Hero’s Journey yang dikemukakan oleh
Vogler.
Metode Penelitian
Metode
Penelitian yang digunakan didalam jurnal ini merupakan penelitian kepustakaan
berjenis deskriptif kualitatif. Data mengenai perjalanan kepahlawanan tokoh
Chihiro diambil dari anime berjudul Sen to Chihiro no Kamikakushi dengan teknik
simak-catat. Metode yang digunakan dalam analisis adalah metode analisis konten
dengan didasarkan pada teori Hero’s Journey yang dikemukakan oleh Christopher
Vogler. Teori ini dipilih selain karena memiliki kesesuaian dalam hal tahapan
perjalanan kepahlawanan dengan perjuangan Chihiro, teori ini juga memuat struktur
mitos yang merupakan inti dari kisah yang menarik (Allison, Goethals, &
Kramer, 2017, hlm. xxi).
Hasil dan Pembahasan
Hasil
analisis berikut pembahasannya di bawah ini dibagi ke dalam dua belas sub bab
sesuai dengan pembagian tahap perjalanan kepahlawanan dari teori Hero’s
Journey. Dan dari kedua belas sub bab yang telah dijabarkan oleh peneliti didalam
jurnal ini, dapat diketahui bahwa tokoh utama Chihiro telah menjalani secara
lengkap keduabelas tahapan perjalanan kepahlawanan sesuai dengan teori Hero’s
Journey milik Vogler. Petualangannya di dunia para arwah telah berhasil
mengubah kepribadian Chihiro yang awalnya penakut, manja, dan cengeng menjadi
pemberani, mandiri, tenang dan percaya diri, serta penuh belas kasih. Proses
perjalanan kepahlawanan Chihiro ini membuktikan kebenaran definisi pahlawan
menurut Vogler, sekaligus juga membuktikan bahwa untuk memenangkan sebuah
‘pertarungan’ tidak selalu menggunakan kekuatan fisik. Ada kalanya kecerdasan
berpikir dan kecerdasan emosi justru jauh lebih dibutuhkan.
Judul
Jurnal : REPRESENTASI
HEROISME JEPANG PADA GUNDAM UNICORN: SEBUAH KAJIAN SEMIOTIKA
Penulis :
Nandio Dhaniel Audisa, Tri Cahyo Kusumandyoko
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengenal lebih jauh karakter Gundam Unicorn dan bagaimana visualisasi karakter Gundam Unicorn yang serta mengetahui mitos pada karakter Gundam Unicorn dalam animasinya, menggunakan semiotika Roland Barthes.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang menggunakan data primer dan
data sekunder sebagai pendukung. Metode analisis yang digunakan untuk
menganalisis penelitian ini menggunakan teori analisis semiotika roland barthes.
Hasil dan pembahasan
Dari
hasil dan pembahasan yang telah di teliti di dalam jurnal ini, terdapat
analisis denotasi, konotasi, mitos dalam karakter gundam unicorn, salah satu
analisis yang telah dijabarkan didalam jurnal ini adalah :
Denotasi,
Konotasi, dan mitos dalam tabel 1 :
-
Denotasi : Gundam Unicorn adalah robot buatan Anaheim
Electronic, bewarna putih, memiliki dua bilah antenna di helmnya dan dua buah
pedang.
-
Konotasi : Gundam Unicorn adalah pahlawan bagi bumi.
-
Mitos : Wujud Gundam Unicorn adalah manifestasi Mitos dari
seorang samurai, memiliki pedang dan punya antena pada helmnya, karena orang
orang di seluruh dunia menganggap samurai adalah pahlawan bagi negara Jepang,
seorang kesatria yang siap melindungi tanah dan tuannya.
Denotasi,
Konotasi, dan mitos dalam tabel 2 :
-
Denotasi : Gundam Unicorn memiliki dua bilah antena di helmnya.
-
Konotasi : helm Unicorn Gundam adalah simbol kekuatan dan
ketangguhan.
-
Mitos : antena Gundam adalah pada helm Unicorn sebagai
pembeda dari mobile suit yang lain, sama seperti tanduk pada kabuto atau helm
samurai, yang menunjukan kasta seorang samurai.
Denotasi, Konotasi, dan mitos dalam tabel 3 :
- Denotasi : Gundam
Unicorn membawa Denotasi dua pedang laser, yang di letakkan pada bagian
backpack.
-
Konotasi : Senjata
merupakan simbol Konotasi dari keberanian dan perjuangan.
-
Mitos : Senjata
adalah bukan sekedar Mitos benda, namun senjata adalah jiwa dari pemiliknya.
Lalu representasi Heroisme didalam meta-seri Gundam sangat
terlihat jelas, mulai dari karakter Gundam yang desainnya terinpirasi dari
samurai, kesuperiotasan Jepang dalam animasinya, representasi musuh sebagai
gaijin atau orang luar Jepang dan manipulasi peran serta kekalahan Jepang dalam
perang dunia kedua.
Judul Jurnal : Representasi Kepemimpinan
Karakter Monkey D. Luffy dalam Serial Anime “One Piece”
Penulis :
Faisal Maulana
Tujuan Penelitian
One Piece sendiri merupakan
serial anime karya Eiichiro Oda yang menceritakan petualangan seorang kapten
bajak laut bernama Monkey D.Luffy. Dalam penelitian ini, penelitian dilakukan untuk
mengangkat aspek representasi kepemimpinan dalam karakter Monkey D Luffy di
serial anime "One Piece".
Metode Penelitian
Peneliti melakukan penelitian dengan metode penelitian
kualitatif yang berjudul “Representasi Kepemimpinan pada karakter Monkey D
Luffy dalam Serial Anime “One Piece”” dengan menggunakan pendekatan analisis
semiotika Pierce. dengan identifikasi masalah yang peneliti gunakan sebagai
berikut :
1.
Bagaimana
representasi kepemimpinan pada karakter Monkey D Luffy dalam serial anime “One
Piece”?
2.
Bagaimana
struktur tanda yang digunakan untuk mencerminkan kepemimpinan karakter Monkey D
Luffy dalam serial anime “One Piece”?
Hasil dan Pembahasan
Peneliti
telah menemukan beberapa dari sekian banyaknya struktur tanda yang terdapat
pada film atau serial anime “One Piece” dimana temuan tersebut menjadi jawaban
yang dapat menuntun penelitian ini dalam mengemukakan tanda,ikon, dan simbol
yang dapat merepresentasikan kepemimpinana tokoh utama “Monkey D Luffy” pada
serial anime “One Piece” ini. Pada temuan penelitian yang sudah dipaparkan di
atas representasi kepemimpinan yang dimaksud antara lain Identitas Monkey D
Luffy Sebagai Kapten dan karakter tokoh utama.
Jurnal 13
Judul Jurnal : Kajian
Komunikasi Visual Heroisme dalam Film Animasi 2D The Battle of Surabaya
Penulis : Ni Putu Sinta Dewi, Muhammad Fathoni
Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengenal lebih jauh representasi heroisme yang
terdapat dalam film animasi battle of surabaya yang menggambarkan perjuangan
dan nilai heroisme didalam nya.
Metode Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif bertujuan membuat deskripsi
sistematis mengenai fakta, fenomena dan gambaran yang terjadi pada obyek
penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi dan
studi pustaka. Peneliti dalam hal ini melakukannya dengan cara mengamati,
menganalisis dan menonton langsung film The Battle of Surabaya.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
dan pembahasan yang telah di teliti dan dikaji ke dalam jurnal ini memiliki
beberapa pembagian mulai dari deskripsi film animasi 2D the battle of Surabaya,
yang bertajuk perjuangan dan merepresentasikan peristiwa pertempuran yang
terjadi pada 10 November 1945 di Kota Surabaya. Lalu Kajian Komunikasi Visual
Heroisme dalam Film Animasi 2D The Battle of Surabaya. Dan Pada penelitian ini
terdapat lima scene yang berkaitan dengan kajian komunikasi visual heroisme
dalam film The Battle of Surabaya berkenaan dengan lima nilai heroisme, beberapa
contoh yang akan dijabarkan dari hasil analisis yang ada didalam jurnal
penelitian ini adalah :
-
Scene 2 :
Perlawanan yang Dilakukan dalam Mengusir Sekutu Belanda
Apabila ditelaah makna Denotasi terjadinya perlawanan
oleh rakyat Indonesia kepada sekutu dengan berbekalkan peralatan perang dalam
mempertahankan kedaulatan NKRI. Makna konotasi bahwa ini adalah bentuk membela
kebenaran dan keadilan. Kegigihan dalam memerdekakan Indonesia dapat dilihat
secara visual bahwa rakyat Indonesia rela berkorban demi menjaga keutuhan NKRI.
-
Scene 4 :
Perobekan Bendera Penjajah dan Pengibaran Merah Putih
Secara denotasi penurunan dan perobekan bendera
penjajah dan pengibaran sang saka merah putih dilakukan oleh rakyat Indonesia
dengan berkumpul secara bersama. Secara konotasi berdasarkan visual tersebut
menunjukkan kecintaan rakyat Indonesia dengan tanah air. Merayakan keberhasilan
kemerdekaan pada 17 agustus 1945.
-
Scene 5 :
Bersatunya rakyat Indonesia
Berkaitan dengan makna denotasi scene 5 tentang persatuan rakyat Indonesia secara bersama-sama dengan penuh kesabaran dalam mengusir penjajah Belanda dari Kota Surabaya serta memiliki tekad lebih baik hancur daripada dijajah kembali. Secara konotasi persatuan rakyat Indonesia dengan berkumpul secara bersama mengibarkan bendera merah putih dalam berperang melawan penjajahan yang ditunjukkan dengan menempatkan persatuan dan kesatuan dalam menjaga keutuhan negara Indonesia di atas kepentingan pribadi ataupun golongan.
Jurnal 14
Judul Jurnal : KOMODIFIKASI KEKUASAAN DALAM ANIME GUILTY CROWN
Penulis : Daniel
Kurniawan Salamoon
Tujuan Penelitian
Mengamati
dan memilih adegan dari Anime Guilty Crown untuk dianalisis menggunakan
pendekatan metodologi visual, khususnya pada area site of image itself untuk
memperoleh tanda-tanda yang dimunculkan dalam setiap tampilan tokohnya dalam
hal ini berfokus pada karakter Shu Ouma dan kekuatan Void yang dimiliki.
Metode Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan didalam jurnal penelitian ini adalah teori analisis
semiotika.
Hasil dan Pembahasan
Dalam
semiotika, tanda-tanda yang muncul merupakan sebuah representasi terhadap
sebuah makna. Pemaknaan tersebut menjadi kuat ketika ada pemahaman komunikasi
yang sama dari pembawa pesan tersebut kepada audience. Anime sebagai bentuk
karya seni juga memiliki banyak tanda dalam visualisasinya kepada audience. Dalam
konteks cerita di Guilty Crown, Shu Ouma sebagai karakter utama menjadi pusat
dari analisis terkait tanda-tanda atau simbol-simbol raja dan kekuasaan yang
menyertainya.
Dalam
memahami cerita anime Guilty Crown, maka tanda menjadi sebuah konteks penting
untuk melihat ide dari penulis tersebut. Menilik dari Barthes mengenai
pemaknaan tanda, makn-makna yang terbentuk dari tanda bisa berupa denotasi dan
konotasi. Dalam cerita Guilty Crown, tanda yang penting adalah :
1.
Gambar tanda
yang mirip dengan pedang di tangan kanan Shu Ouma
Keberadaan tanda ini di awal cerita hendak menunjukkan
sebuah legitimasi bahwa karakter Shu Ouma menjadi pusat cerita sekaligus pusat
konflik. Pemaknaan denotasinya tentu seputar senjata atau alat untuk menebas.
Tetapi dalam perkembangan cerita maka, simbol pedang ini menjadi sebuah makna
konotasi tentang terciptanya hak terhadap sebuah kekuasaan.
2.
Manifestasi
jiwa menjadi alat / benda fisik
Dalam cerita Guilty Crown, kemampuan Shu Ouma yang
membuatnya menjadi pemimpin adalah memanifestasikan jiwa seseorang menjadi
sebuah benda. Tentu saja ini bersifat fantasi karena tidak mungkin hal ini
terjadi di dunia nyata. Tanda ini adalah simulasi dari makna mengenai
kekuasaan. Dalam konsep Gramsci, sebuah dominasi terjadi karena adanya
kapasitas diri yang lebih dibanding kelompok lain. (Gramsci, 1986). Tanda ini
menciptakan mitos bahwa Shu Ouma adalah sosok dominan karena kapasitas dirinya
yang tidak dimiliki rekan-rekannya. Tanda ini menjadi penegas bahwa legitimasi
sebuah hegemoni dalam kelompok bisa merupakan sebuah pemujaan terhadap sosok
yang dirasa layak.
Jurnal 15
Judul Jurnal : Analisis Semiotika dan Representasi Rasisme Dalam
Serial Anime One Piece
Penulis : Ahmad Rifqi
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini
adalah untuk memahami bagaimana rasisme direpresentasikan melalui narasi dan
visual dalam anime tersebut.
Metode Penelitian
Penelitian
ini menggunakan Metode penelitian kualitatif, termasuk dokumentasi dan
observasi. Analisis berfokus pada tanda-tanda yang disampaikan melalui citra
visual, simbol, dan elemen lain yang terkait dengan topik penelitian rasisme.
Semiotika, khususnya analisis konotasi Barthes, mengeksplorasi sistem tanda di
luar makna literalnya dan menggali makna konotatifnya.
Hasil dan Pembahasan
Anime
one Piece saat ini sudah memiliki lebih dari 1000 episode yang dirilis setiap
hari minggu sampai dengan sekarang. Maka dari itu peneliti memberikan batasan
episode yang akan diteliti yaitu pada episode 500 sampai dengan 562 saja agar
memudahkan peneliti. Dari hasil penelitian setelah menonton anime one piece
secara seksama peneliti menemukan beberapa scene dari 8 episode yang ada yang
sesuai dengan rumusan masalah penelitian dan dibagi menjadi 3 kategori yaitu prasangka
rasial, diskriminasi rasial, dan kekerasan rasial yang sudah dilengkapi dengan
tabel yang berisikan makna detonasi, kototasi, mitos didalam jurnal penelitian
ini.
Judul Jurnal : Representasi Kulit Hitam dalam
One Punch Man, The Promised Neverland, dan Shaman King
Penulis :
Salsabila Rahmah , Emma Rahmawati Fatimah , Esther
Risma Purba
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya representasi yang tepat untuk suatu
kelompok terutama kelompok minoritas yang kerap mendapatkan representasi yang
cenderung stereotipikal, termasuk orang kulit hitam karena representasi suatu
kelompok dalam media dapat membentuk persepsi masyarakat terhadap suatu
kelompok dan memicu terjadinya generalisasi.
Metode Penelitian
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan studi pustaka dengan
pendekatan kualitatif. Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data dari
beberapa sumber tertulis. Pengambilan dilakukan dengan dokumentasi adegan
ketiga karakter anime yang dipilih yaitu Superalloy Darkshine (One Punch Man,
2015 & 2019), Sister Krone (The Promised Neverland, 2019), dan Chocolove
McDonell (Shaman King, 2021). Data-data
yang didapat tersebut digabungkan dan dianalisis menggunakan teori Semiotika
John Fiske.
Hasil dan Pembahasan
Hasil
dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dari orang kulit putih baik dari
pandangan mengenai orang kulit hitam maupun representasi orang kulit hitam
dalam budaya populer Barat serta pandangan orang Jepang sendiri mengenai warna
kulit dan ras secara tidak langsung juga mempengaruhi bagaimana orang Jepang
sebagai kelompok yang menguasai media budaya populer Jepang, dalam konteks ini
sebagai kreator yang memproduksi ketiga anime yang menyertakan ketiga karakter
kulit hitam yaitu Superalloy Darkshine (One Punch Man, 2015 & 2019), Sister
Krone (The Promised Neverland, 2019), dan Chocolove McDonell (Shaman King,
2021).
Jurnal 17
Judul Jurnal : PEMAKNAAN
RASISME DALAM FILM (Analisis Semiotika Film Pendek My Flag – Merah Putih Vs
Radikalisme)
Penulis : Yoga Awi Fitra Nugraha, Mulia Ardi
Tujuan Penelitian
Tujuan
dari jurnal penelitian ini adalah untuk menganalisis tanda tanda dan pemaknaan
rasisme dalam film pendek My flag merah putih vs radikalisme
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan metode analisis semiotika Roland Barthes. Roland Barthes mengembangkan signified (penanda) dan signifier (petanda) sebagai teori metabahasa dan konotasi atau yang sering dikenal dengan istilah denotasi dan konotasi
Hasil dan Pembahasan
Film
My Flag Merah Putih Vs Radikalisme diproduseri oleh NU Channel Satelit
Ninmedia. Film pendek yang berdurasi 7:29 detik memberikan pesan kuat bahwa
para santri NU adalah pribadi yang sangat nasionalis dengan pegangan bendera
merah putih sebagai simbol persatuan. Beberapa adegan dalam film memberikan
kesan nasionalisme yang kuat namun pada beberapa scene terdapat pro dan kontra.
Hal ini terlihat dari perolehan like dan dislike YouTube yang terus bersaing. Dan
berikut salah satu hasil analisis denotasi, konotasi, dan mitos yang telah
diteliti didalam jurnal ini :
-
Denotasi : Kelompok musuh dari kelompok merah putih yakni
kelompok yang berpakaian timur tengah, bercadar dan membawa bendera hitam.
-
Konotasi : Penggambaran perempuan bercadar, laki laki bercelana
cingkrang sebagai kelompok radikalisme sehingga menimbulkan stereotip.
-
Mitos : Stigma negatif kelompok perempuan bercadar, laki-laki bercelana
cingkrang, berjenggot, dan membawa bendera hitam putih yang digambarkan sebagai
pelaku terorisme atau penganut radikalisme
Judul Jurnal : REPRESENTASI RASISME PADA FILM
“12 YEARS A SLAVE” (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)
Penulis :
Ricky Wirianto & Lasmery RM Girsang
Tujuan Penelitian
Menganalisis Semua simbol dan atribut dalam film ini untuk memahami
realitas perbudakan di Amerika Serikat pada era itu.
Metode Penelitian
Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif sedangkan pendekatannya
menggunakan teori analisis teori semiotika roland barthes.
Hasil dan pembahasan
Penelitian
ini menemukan empat jenis rasisme yang direpresentasikan dalam film dan dilengkapi
dengan tabel semiotika yang menjelaskan denotasi, konotasi, dan mitos dalam tanda
tanda yang ada didalam film ini .
Jurnal 19
Judul Jurnal : Analisis
Semiotika Diskriminasi Pada Film “The Hate U Give”
Penulis : Muhammad Ridwan & Cutra Aslinda
Tujuan Penelitian
penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana level realitas,
representasi, dan ideology tentang diskriminasi ras kulit hitam pada film The
Hate U Give.
Metode Penelitian
penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis semiotika. Penulis
menggunakan analisis semiotika John Fiske yang merupakan satu dari banyak
bagian kelompok metode analisis semiotika, untuk meneliti tentang film bisa
menggunakan kode-kode televisi (The Codes of Television).
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan
analisis pada scene yang menggambarkan diskriminasi dalam film The Hate U Give
yang telah dianalisis dalam beberapa scene didalam jurnal penelitian ini The
Hate U Give merupakan sebuah film yang menceritakan tentang kisah peristiwa
yang terjadi dalam kehidupan gadis berusia 16 tahun bernama Starr Carter yang
tertarik dengan aktivisme setelah dia menyaksikan penembakan teman masa
kecilnya oleh polisi. tiga level proses pengkodean seperti level realitas,
representasi, dan ideology yang dominan dalam film The Hate U Give adalah pada
aspek ekspresi, konflik, narasi, sosial, dan ras.
Jurnal 20
Judul Jurnal : Analisis
Pesan Moral Dan Altruisme Pada Tokoh Lena (Vladilena Milizé) Dalam Film Animasi
Eighty Six (Season 01)
Penulis : Ikram Kurniawan , Aditya Dimas Pratama
Tujuan Penelitian
penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pesan moral dan Altruisme pada tokoh Lena
(Vladilena Milizé) dalam film animasi Eighty Six.
Metode Penelitian
Penulis menggunakan metode penelitian dengan ragam kualitatif, jenis penelitian kepustakaan, sifat penelitian analisis dengan metode pengumpulan data berupa film karya sastra dari film animasi berjudul Eighty Six sebagai sumber utama dan didukung oleh beberapa sumber yang berkaitan dengan teori konsep/definisi yang sesuai sebagai sumber sekunder dari berbagai buku teori dan juga internet. (Syanse, 2012)
Teknik
penarikan sumber data dalam penelitian ini yaitu mencari, Observasi, dan Pustaka.
Dengan menggunakan sumber data primer dan juga sekunder serta menggunakan Teknik
analisis Reduksi Data yaitu data dan informasi yang telah diperoleh dari
mengamati film animasi Eighty Six dikumpulkan, dicapture, dan diketik berupa
uraian yang mendetail. Selanjtnya direduksi dan memilah hal yang utama dan
penting berkaitan dengan Altru isme, dijabarkan melalui tanda, objek dan
interpretan sesuai teori semiotika Charles Sanders Pierce.
Hasil dan Pembahasan
Peneliti
menggunakan pendekatan dengan faktor-faktor Altruisme dan menggunakan teori
semiotika Charles Sanders Peirce yang masuk dengan penelitian ini. Scene yang
dekat dengan altruisme akan diambil dan dikategorikan dengan faktor yang
mempengaruhi altruisme dan teori apa yang diambil. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui hubungan altruisme dengan tokoh lena serta makna pesan moral
yang ada dalam scene dengan menggunakan teori semiotika Charles Sanders Peirce.
Berikut beberapa hasil analisis yang telah diteliti didalam jurnal ini, yaitu :
1.
Lena
memberanikan diri tentang kebenaran Area 86 kepada calon militer San Magnolia
-
Object
Saat jam pelajaran para calon tentara militer San
Magnolia berlangsung dan guru menjelaskan tentang materinya tiba-tiba Lena
datang dari belakang kelas menuju depan lalu mengambil alih pembelajaran
tentang materi sejarah sebenarnya Eighty Six. menjelaskan tentang pengesahan UU
Penjaga Perdamaian yang disana diterangkan dicabutnya hak kewarganegaan
siapapun yang tidak memiliki warna rambut perak dan mata perak. Tetapi ada
murid yang berkomentar jika dibuku diterangkan mereka kelinci percobaan yang
gagal berevolusi.
-
Interpretant
Lena sedang berusaha menjelaskan kebenaran yang
terjadi pada siswa militer San Magnolia. Lena berharap mata mereka terbuka juga
tentang apa yang terjadi pada area 86 dan tidak mengikuti jejak para militer
yang suka mabuk-mabukan dan para militer selalu menganggap manusia Delapan Enam
hanya binatang ternak lalu memberi julukan babi kepada mereka. Memang Langkah
yang bagus untuk menyerukan suatu kebenaran dimulai dari generasi muda, karena
mereka gampang terpengaruh oleh pihak luar dan Lena paham akan hal itu. Semua
pengorbanan membutuhkan keberanian, itu telah dibuktikan oleh Lena meskipun
tahu resiko yang terjadi karena apa yang telah dilakukan dan tidak takut akan
hal itu. Lena menyadari jika bukan dia yang melakukan perubahan, penindasan
akan tetap dan terus terjadi.
2.
Lena
datang memberikan bantuan pada waktu yang tepat
-
Object
Dalam perang terakhirnya pasukan Spearhead, mereka
hanya sisa 5 orang dan tidak ada bantuan personil dari San Magnolia. Ketika
mereka bertarung dengan kekuatan penuh yang pasti di depan hanya ada kematian
tiba-tiba ada ratusan mortir dari langit dan muncullah Lena yang
menyinkronisasi mata kiri Raiden dengan dirinya guna melihat posisi semua
Legion.
-
Interpretant
Lena yang memberikan bantuan berupa mortir untuk
menghancurkan Legion yang semakin banyak kepada prosesor Spearhead yang hanya
tersisa lima orang yaitu Shin, Kurena, Anju, Raiden dan Theo. Dalam hal ini
tekad sisa prosesor Spearhead sangat luar biasa, mereka menjalankan tugas
terakhirnya walaupun berujung pada kematian. Hal yang dilakukan Lena yaitu
meminta bantuan kepada Annette untuk mengaktifkan mortir jarak jauh karena itu
adalah satu-satunya cara terakhir untuk membantu mereka. Saat pengaktifan mortir
dilakukan oleh Lena dengan meminjam mata kiri Raiden sebagai arahan ke Legion
meskipun itu bisa membahayakan tubuh dia sendiri.
Komentar
Posting Komentar